Sabtu, 07 Maret 2015

Adab Memotong Kuku

Mungkin kebanyakan dari kita, ketika memotong kuku asal-asalan—mulai dari tangan kiri atau kanan, pokoknya tak beraturan. Walaupun memotong kuku dianggap hanya perkara kecil, namun kadang-kadang dapat menimbulkan hal yang besar.

Dalam beberapa perkara hukum Islam, kuku tidak seharusnya diabaikan oleh umat Islam. Misalnya ketika seorang dalam keadaan ihram haji atau umrah didenda membayar dam karena memotong kukunya. Demikian juga kuku bisa menyebabkan tidak sah-nya wudhu atau mandi junub, jika air tidak atau terhalang sampai ke kuku.

Beberapa permasalahan lainnya, yang berhubungan dengan kuku dari segi hukum, hikmah memotong kuku, memanjangkan dan mewarnanya akan dibincangkan dalam bahasan kali ini.


1. Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku

Memotong kuku adalah amalan sunah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha: “Sepuluh perkara yang termasuk fitrah (sunnah): memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung, memotong kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja), berkata Zakaria: “berkata Mus’ab: “Aku lupa yang kesepuluh kecuali berkumur.”

Sekali lagi ini adalah bentuk menghilangkan segala kotoran yang melekat di celah kuku, apalagi jika kuku dibiarkan panjang.


2. Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku

Menurut Imam an-Nawawi, sunah memotong kuku bermula jari tangan kanan keseluruhannya dan dimulai dari jari kelingking lalu sampai pada ibu jari, kemudian tangan kiri dari jari kelingking ke ibu jari.

Sementara alat untuk memotong kukunya dapat menggunakan gunting, pisau atau benda khas yang tidak menyebabkan mudharat pada kuku atau jari seperti alat pemotong kuku.

Setelah selesai memotong kuku, sebaiknya segera membasuh tangan dengan air. Ini karena jika seseorang itu menggaruk anggota badan, dikahawatirkan akan menyebabkan penyakit kusta.

Menurut kitab al-Fatawa al-Hindiyah dalam mazhab Hanafi bahawa makruh memotong kuku dengan menggunakan gigi juga akan menyebabkan penyakit kusta.


3. Waktu Memotong Kuku

Sebagaimana diriwayatkan daripada Anas bin Malik:

“Telah ditentukan waktu kepada kami memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.”

“Adapun menurut Imam asy-Syafi’e dan ulama-ulama asy-Syafi’eyah, sunah memotong kuku itu sebelum mengerjakan sembahyang Juma’at, sebagaimana disunatkan mandi, bersiwak, memakai wewangian, berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid untuk mengerjakan shalat Juma’at,” (Hadis riwayat Muslim)


4. Memotong Kuku Ketika Haid, Nifas Dan Junub

Menurut kitab Al-Ihya’, jika seseorang dalam keadaan junub atau berhadas besar, janganlah dia memotong rambut, kuku atau memotong sesuatu yang jelas daripada badannya sebelum dia mandi junub. Karena segala potongan itu di akhirat kelak akan kembali kepadanya dengan keadaan junub.


5. Memanjangkan Kuku Dan Mewarnainya ( Cutex)

Tabiat memanjangkan kuku dan membiarkannya tanpa dipotong adalah perbuatan yang bertentangan dengan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihhi wasallam, karena beliau menggalakkan supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku itu panjang, niscaya banyak perkara-perkara yang membabitkan hukum seperti wudhu, mandi wajib dan sebagainya.

Adapun dalam hal mewarnai kuku (cutex), perempuan yang bersuami adalah haram mewarnai kuku jika suaminya tidak mengizinkan. Sementara perempuan yang tidak bersuami pula, haram baginya mewarnai kuku. Demikian juga jika pewarna itu diperbuat dari benda najis karena akan menghalang daripada masuknya air saat berwudhu.


7. Mitos-mitos Berkenaan dengan Memotong Kuku

Sebagian orang mengatakan bahwa memotong kuku pada malah hari itu diharamkan. Ada pula yang berpendapat setelah memotong kuku kita harus meludahinya sebanyak 3 kali dan membaca basmalah sebelum membuangnya agar syetan tidak mampu mengambil dan memakainya.

Pendapat bahwa memotong kuku waktu malam itu makruh, tidak ada asalnya. Bahkan memotong kuku diperbolehkan kapan saja baik waktu malam maupun siang. Begitu juga pendapat yang mengharuskan membaca bismillah tiga kali di atas kuku dan bulu sebelum dibuang. Kalau tidak, maka syetan akan memakainya, hal itu tidak ada asalnya. 

Begitu juga kewajiban harus menguburnya. Telah ada hadits dalam kitab Fath al-Bari, bahwa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu menanam potongan kuku, namun hadist itu sangat lemah sekali.

Maka diperbolehkan membuangnya di tempat sampah atau saluran kotoran atau menguburnya. Kalau sekiranya seseorang khawatir jatuh ditangan tukang sihir, maka lebih bagus dihilangkan di tempat yang tidak mungkin dijamahnya.”

Wallahu A’lam.

Sumber: Islampos & IslamQA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar